Sabtu, 07 Juli 2012

Kuliah Desain Grafis itu…


Dalam lima tahun terakhir ini peminat jurusan Desain Komunikasi Visual yang dulunya di sebut Desain Grafis semakin meningkat. Profesi di bidang ini terlihat semakin menggiurkan di mata para lulusan SMA. Kelihatannya pekerjaan sebagai graphic designer, art director, illustrator, photographer, visual artist dan lainnya terasa menyenangkan.

Suasana berbau art yang dinamis dan mungkin terlihat lebih banyak menggunakan skill dan sense ini  dinilai tepat utuk menjadi sandaran karier masa depan. Namun rata-rata mahasiswa tahun pertama ketika ditanya mengapa memilih jurusan ini sebetulnya belum punya gambaran yang jelas mengenai profesi dan industri desain grafis. Yang mengkhawatirkan sebetulnya kalau hanya karena: “Malas menghafal”, “Tidak mau ketemu Matematika dan sejenisnya yang ada hitungannya”.

“Jurusan lain tidak menarik”, “Tidak diterima di jurusan favorit”. “Disuruh orangtua  supaya bisa bantu di perushaan cetak/desainnya”, “Sepertinya bidang ini fun”, “Jadi desainer kayaknya keren…” Wah,wah…hati-hati dengan motivasi itu, karena belajar desain grafis  bukannya sesuatu yang mudah  dan tidak perlu berpikir. Yang mungkin sudah lebih ada minat  dan gambaran biasa menjawab: “Karena suka menggambar” atau “Suka membuat desain di Komputer dengan Photoshop”, atau “Tertarik dengan dunia animasi atau multimedia”.

Namun sebelum betul-betul masuk ke jurusan ini ada baiknya mencari informasi tentang profesi ini lebih lanjut dari berbagai sumber. Karena alasan-alasan diatas itu hanya sebagian kecil dari pekerjaan sesungguhnya. Sedangkan untuk alasan dari kelmpok pertama disarankan untuk mencoba mencari apa minat sesungguhnya.

Membedah dunia desain grafis yang sekarang diperluas jadi Desain Komunikasi Visual  (DKV) ada baiknya dilakukan sendiri sebelum atau sambil kuliah secara terus menerus. Dengan mengamati perkembangan-perkembangan  desain yang dicetak seperti pada majalah, brosur-brosur, poster, baik di dalam maupun di luar negeri. Melongok laju kecanggihan digital pada pembuat animasi, website dan video.

Yang tak kalah penting adalah menikmati bdang-bidang pendukung seperti mempelajari dasar ilmu desain seperti tentang warna, huruf, komposisi, lalu juga tentang komunikasi, psikologi, marketing, sejarah, estetika dan lainnya.

Ketika memilih kampus sebagai tempat studi  juga sebaiknya meneliti dengan cermat apa yang ditawarkan. Saat ini beberapa kampus sebetulnya sudah punya ciri khas atau spesialisasi yang mungkin kerap tidak terlihat di program atau kurikulum yang ditawarkan. Kalau hanya dibandingkan brosurnya, rata-rata hanya mencantumkan materi yang sama. Namun ada baiknya mencari dari para alumni atau senior kira-kira apa keunggulan kampuis tersebut. Apakah menonjol di advertising, graphic design, multimedia, atau yang lainnya.  

Selanjutnya setelah menemukan yang cocok dengan minat barulah faktor lain dipertimbangkan seperti siapa saja yang mengajar disana, berapa besar biayanya, fasilitas dan lokasinya.

Biaya kuliah desain grafis masih cukup tinggi saat ini dibandingkan jurusan lainnya (kecuali kedokteran), selain biaya uang masuk di awal selanjutnya biaya per semester dan per SKS seta belum lagi tugas-tugas yang selalu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karenanya sangat disayangkan jika sebetulnya passion kita tidak disana.

Selain kuliah yang membutukan biaya dan tugas yang menumpuk, saat ini kondistri industri juga mulai jenuh. Mencari pekerjaan di perusahaan ideal juga seperti biro iklan multinasional, graphic agency yang berkualitas juga semakin sulit karena persaingan semakin ketat. Untuk bekerja sebagai freelancer atau langsung buka usaha sendiri juga tidak mudah, tanpa pengalaman dan gambaran mengenai bisnis ini akhirnya akan banting harga esain karena yang penting dapat portfolio atau asal survive.

Untuk itu jika motivasi kita kuliah Desain Komunikasi Visual hanya “Yang penting dapat S1” atau “Yang penting ngerjain desain” mungkin lebih baik mencari bidang lain yang lebih umum nantinya, desain bisa dijalankan sebagai hobi saja.

Namun diluar tantangan diatas, jika industri lain (selain industri desain) bergerak maju, maka kebutuhan jasa desain grafis akan bertambah tentunya. Kebutuhan untuk membuat identitas perusahaan (logo dan branding), lalu materi promosi (brosur, iklan, dll) akan banyak kebutuhan. 

Salam sukses desainer grafis Indonesia!



Sumber: Caroline F. Sunarko (Dosen Jurusan DKV di beberapa kampus swasta, Jakarta) dalam Aplaus The Lifestyle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar