Dalam lima tahun terakhir ini
peminat jurusan Desain Komunikasi Visual yang dulunya di sebut Desain Grafis
semakin meningkat. Profesi di bidang ini terlihat semakin menggiurkan di mata
para lulusan SMA. Kelihatannya pekerjaan sebagai graphic designer, art
director, illustrator, photographer, visual artist dan lainnya terasa menyenangkan.
Suasana berbau art yang dinamis dan mungkin terlihat
lebih banyak menggunakan skill dan sense ini dinilai tepat utuk menjadi sandaran karier masa
depan. Namun rata-rata mahasiswa tahun pertama ketika ditanya mengapa memilih
jurusan ini sebetulnya belum punya gambaran yang jelas mengenai profesi dan
industri desain grafis. Yang mengkhawatirkan sebetulnya kalau hanya karena:
“Malas menghafal”, “Tidak mau ketemu Matematika dan sejenisnya yang ada
hitungannya”.
“Jurusan lain tidak menarik”, “Tidak diterima di jurusan favorit”. “Disuruh orangtua supaya bisa bantu di perushaan cetak/desainnya”, “Sepertinya bidang ini fun”, “Jadi desainer kayaknya keren…” Wah,wah…hati-hati dengan motivasi itu, karena belajar desain grafis bukannya sesuatu yang mudah dan tidak perlu berpikir. Yang mungkin sudah lebih ada minat dan gambaran biasa menjawab: “Karena suka menggambar” atau “Suka membuat desain di Komputer dengan Photoshop”, atau “Tertarik dengan dunia animasi atau multimedia”.
Namun sebelum betul-betul masuk
ke jurusan ini ada baiknya mencari informasi tentang profesi ini lebih lanjut
dari berbagai sumber. Karena alasan-alasan diatas itu hanya sebagian kecil dari
pekerjaan sesungguhnya. Sedangkan untuk alasan dari kelmpok pertama disarankan
untuk mencoba mencari apa minat sesungguhnya.
Membedah dunia desain grafis yang
sekarang diperluas jadi Desain Komunikasi Visual (DKV) ada baiknya dilakukan sendiri sebelum
atau sambil kuliah secara terus menerus. Dengan mengamati
perkembangan-perkembangan desain yang
dicetak seperti pada majalah, brosur-brosur, poster, baik di dalam maupun di
luar negeri. Melongok laju kecanggihan digital pada pembuat animasi, website dan video.
Yang tak kalah penting adalah
menikmati bdang-bidang pendukung seperti mempelajari dasar ilmu desain seperti
tentang warna, huruf, komposisi, lalu juga tentang komunikasi, psikologi,
marketing, sejarah, estetika dan lainnya.
Ketika memilih kampus sebagai
tempat studi juga sebaiknya meneliti
dengan cermat apa yang ditawarkan. Saat ini beberapa kampus sebetulnya sudah
punya ciri khas atau spesialisasi yang mungkin kerap tidak terlihat di program
atau kurikulum yang ditawarkan. Kalau hanya dibandingkan brosurnya, rata-rata
hanya mencantumkan materi yang sama. Namun ada baiknya mencari dari para alumni
atau senior kira-kira apa keunggulan kampuis tersebut. Apakah menonjol di advertising, graphic design, multimedia, atau yang lainnya.
Selanjutnya setelah menemukan
yang cocok dengan minat barulah faktor lain dipertimbangkan seperti siapa saja
yang mengajar disana, berapa besar biayanya, fasilitas dan lokasinya.
Biaya kuliah desain grafis masih
cukup tinggi saat ini dibandingkan jurusan lainnya (kecuali kedokteran), selain
biaya uang masuk di awal selanjutnya biaya per semester dan per SKS seta belum
lagi tugas-tugas yang selalu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karenanya
sangat disayangkan jika sebetulnya passion
kita tidak disana.
Selain kuliah yang membutukan biaya dan tugas yang menumpuk, saat ini kondistri industri juga mulai jenuh. Mencari pekerjaan di perusahaan ideal juga seperti biro iklan multinasional, graphic agency yang berkualitas juga semakin sulit karena persaingan semakin ketat. Untuk bekerja sebagai freelancer atau langsung buka usaha sendiri juga tidak mudah, tanpa pengalaman dan gambaran mengenai bisnis ini akhirnya akan banting harga esain karena yang penting dapat portfolio atau asal survive.
Untuk itu jika motivasi kita
kuliah Desain Komunikasi Visual hanya “Yang penting dapat S1” atau “Yang
penting ngerjain desain” mungkin lebih baik mencari bidang lain yang lebih umum
nantinya, desain bisa dijalankan sebagai hobi saja.
Namun diluar tantangan diatas,
jika industri lain (selain industri desain) bergerak maju, maka kebutuhan jasa
desain grafis akan bertambah tentunya. Kebutuhan untuk membuat identitas
perusahaan (logo dan branding), lalu
materi promosi (brosur, iklan, dll) akan banyak kebutuhan.
Salam sukses desainer grafis
Indonesia!
Sumber: Caroline F. Sunarko (Dosen Jurusan DKV di beberapa kampus swasta,
Jakarta) dalam Aplaus The Lifestyle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar